Akhir 1992 teman yang saya tumpangi ingin pindah ke Los Angeles dan menawarkan pada saya untuk ikut, karena masih belum mendapatkan pekerjaan di Sacramento, saya memutuskan untuk ikut. Sekitar saat itu saya juga mendapat kabar bahwa orangtua saya sudah pindah ke Jakarta untuk
mencoba memulai usaha baru, yakni supplier alat tulis kantor. Di LA saya bekerja di dapur sebuah restoran Indonesia tapi tidak bertahan lama karena bekerja di sana dimulai dari pagi sampai malam dan ini berani tidak mungkin untuk kuliah, sehingga saya menjadi stress memikirkan masa depan saya dan tidak mampu bekerja dengan baik. Akhirnya setelah kurang lebih satu setengah bulan mencoba mencari pekerjaan lain, saya memutuskan untuk pulang saja ke Indonesia pada bulan Maret
1993. Dari saat itu sampai tahun 1996 saya dapat dikatakan hampir tidak punya niat belajar atau melatih chi dan lebih terfokus menata kehidupan saya di Jakarta, antara lain dengan mencoba menjalankan usaha berjualan komputer dan lalu menikah di akhir tahun 1994.
Sekitar awal tahun 1996 banjir melanda Jakarta dan rumah kontrakan saya termasuk kena cukup parah sehingga banyak barang hancur. Saya disarankan untuk pindah ke rumah orang tua mengingat istri yang sedang hamil butuh ketenangan dan kebersihan. Sekitar waktu itu ayah, ibu dan kakak saya mengikuti pelajaran mengenai prana dari Coa Kok Sui (seorang praktisi dan pengajar prana yang cukup terkenal pada waktu itu) dan selanjutnya kakak saya lebih gencar lagi mengikuti pelajaran-pelajaran lain dan jika sedang berkumpul bersama, saya sering ikut nimbrung dalam obrolan seputar prana. Suatu hari yang saya tidak ingat jelas tanggalnya, selagi berada dalam mobil di perjalanan di daerah Bogor (waktu itu kakak saya tinggal di Bukit Cimanggu Villa, suatu perumahan di daerah Bogor), kakak saya menceritakan bahwa dia belajar clairvoyance, yaitu menggunakan mata ketiga untuk melihat prana, namun dalam pelajaran yang dia ikuti itu tidak banyak yang bisa melihatnya, termasuk dia waktu itu juga merasa tidak bisa. Kemudian ia mencoba menguji apakah ayah saya bisa melihat prana yang dia keluarkan dari tangan dan ternyata bisa dan ini membuatnya sedikit kesal, kenapa ayah yang tidak belajar saja kok bisa? Dia lalu berteriak pada saya yang duduk di kursi paling belakang, untuk mencoba melihat juga dan saya juga bisa melihat pita-pita energi yang berwarna biru, hijau dan merah. Hal ini membuatnya makin kesal dan berkata "tuh, kan si ncek saja bisa, kok orang ndak bisa ya?" ("ncek" adalah panggilan ledekan yang ditujukan pada saya, yang artinya laki-laki tua, sedangkan "orang" adalah salah satu cara kakak saya membahasakan dirinya jika bicara pada orang tua kami). Waktu itulah saya baru tahu bahwa ternyata kemampuan melihat energi itu namanya clairvoyance dan melihatnya menggunakan sesuatu yang dinamakan mata ketiga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar